Dialog Bersama Nazar Menjelang Ramadhan

Pagi jelang siang ini langit benar adanya berwarna biru di iringi senyum matahari dibalik awan yang sangat jarang menutupi kuningnya, namun desir angin di pekarangan yang penuh dengan pepohonan menghijau ini begitu dingin mengingatkan saya pada dinginnya malam pertengahan juli 2011 bersama rembulan yang dengan anggunnya menunjukkan warna merah dominannya.
 Sepanjang pagi ini yang menemani saya "hanya"lah segelas teh manis, sebuah piring kecil yang tadinya berisi aneka jajanan pasar tradisional dan sebatang rokok light yang tak juga dibakar terselip diantara dua jari, sungguh suasana yang tak sempat saya bayangkan untuk sepi disini, suasana yang dengan begitu saja menampakkan jalan setapak bagi minat liar saya untuk menghampiri sesosok pemuda tambun nan ringkih yang sepertinya enggan untuk bersandar pada sebuah pilar rapuh berwarna langit.
Sosok ini tampak sedang asik menjajakan sesuatu yang membuat mata saya lapar, lapar akan sesuatu yang liar untuk mengawali hari sepi disini, setelah agak lama melihat apa saja yang dia jual, sosok ini bak seorang marketer handal menawarkan sesuatu yang lebih liar dari issue hangat-hangat tai ayam yang sedang merebak di ujung jalan sana. 
 Tanpa ragu sosok ini menebak apa yang sebenarnya saya butuhkan, dia menawarkan sebuah kisah yang tak harus saya beli, tapi bisa ditukar dengan minat liar saya, dia mencoba bersikap selayaknya teman lama yang selalu mengingatkan akibat fatal dari minat liar saya, dan sebagai pembeli tentu saja saya tidak begitu saja meng-iya-kan tawaran itu tanpa mengetahui seperti apa kisah yang pantas untuk ditukarkan dengan minat liar saya ini. Tapi dari mana ia bisa tahu apa yang sedang benar-benar saya butuhkan saat ini.
 Sosok itu agak tersenyum saat mulai mengenalkan sedikit kisahnya, saya agak heran kenapa harus dengan senyum2 dahulu sih, tanya saya dalam hati atau mungkin dia juga tahu kalau saya sedang heran dengan tawarannya sehingga dia menampakan wajah tanpa dosanya dengan senyumnya itu. Lembar demi lembar ia ceritakan tentang JANJI-JANJI, janji untuk kebaikan untuk mendekatkan diri dengan kewajiban yang tidak disyarakkan secara mutlak atau pun terikat dengan sesuatu. Kisah yang dapat membuat siapapun menjadi penasaran karena hanya sebagian kecil saja sosok itu memaparkan kisah janjinya yang katanya based on true story itu.  
Setelah dia menyelesaikan kisahnya dengan berat hati saya sisihkan sedikit minat liar itu, saya pikir untuk kisah sebagus ini tak apalah saya sedekahkan selinting minat liar saya agar tak nampak kekecewaan di muka sosok misterius ini. Namun minat liar saya yang lain sepertinya tak mau berdiam diri untuk berdialog dan menanyakan kembali kelanjutan kisah itu, kembali saya sodorkan selinting minat liar kepadanya dan sosok itu menceritakan kisah masa lalunya yang mengakibatkan ia mau membuat kisahnya untuk diperjual belikan atau ditukar-tukar semaunya, kisah yang sungguh membuat saya agak menahan jengkel karena dia hanya menceritakan minat liarnya juga, minat liarnya yang haus akan materi yang membuat nya tambun tak berbentuk, minat liarnya yang lapar akan kekuasaan, minat liarnya yang tak peduli jika ia berkuasa ia akan menyalah gunakan sebagian besar kekuasaan nya itu untuk kepentingan pribadinya saja, dan tentu saja minat liar dia lainnya yang membuat ia terjebak hingga kepayahan dan menjadi pesakitan diantara nurani dan kepentingan entitasnya. Dengan mata tajam dan pipi yang dikembungkan ia kembali menawarkan kelanjutan kisah nya untuk ditukarkan dengan minat liar saya yang lain, "Sial, apakah dia tahu hari ini saya memang membawa banyak persediaan minat liar dibalik binder ini" umpat saya dalam hati. 
Saat itu hari sudah mulai agak terik dan saya tak mau berdialog dipinggir jalan yang terhalang tembok usang, dengan memberi setengah linting minat liar yang lain, maka saya harus akhiri dialog ini serta minta dibekali selembar kisah lain sosok itu yang dikemas dalam sebuah botol transaparan agak kusam. dalam perjalanan pulang ini saya simpan baik2 kisahnya agar tidak tercecer dijalanan dan jujur saya sendiri sudah tidak sabar untuk melihat apa kelanjutan kisahnya. 
Sesampainya dirumah saya segera mencabut tutup botol yang berwarna merah itu dan melepaskan lembaran nya untuk saya baca, dalam kisah itu banyak sekali penyesalan yang tentunya berasal dari minat liarnya tersebut, hingga pada sebuah paragraf sosok itu menuliskan sebuah NAZAR, sebuah janji untuk khalayak umum masyarakat ujung jalan, untuk saya pribadi juga, Nazar yang berisi jika ia bisa terbebas dari masalah yang membelitnya maka ia akan ungkapkan rantai setan yang telah membelitnya itu. . . atas nama KEPEDULIAN selayaknya arti sebuah NAZAR yang berarti janji untuk kebaikan untuk mendekatkan diri dengan kewajiban yang tidak disyarakkan secara mutlak atau pun terikat dengan sesuatu. Membaca kisah ini tak terasa membuat saya agak lapar karena pagi tadi tidak sempat sarapan cukup.
Terik siang ini membuat saya ingin segera membasuh diri untuk berwudlu dan melaksanakan kegiatan ibadah rutin saya tiap hari, setelah sholat saya bergegas menuju warung makan yang berada dibelakang sebuah kampus dan memesan menu kesukaan saya yaitu sayur tahu dan telor mata sapi yang ditengahnya bercokol ujung cabei merah plus tak lupa minta sambal yang super pedas, disana tampak tertempel sebuah poster dengan jadwal imsakiyah plus kalender Ramadhan dan pamflet bertemakan puasa, "Hmmm... tak terasa Sya'ban tahun ini akan segera berakhir" Ucap dalam hati. Setelah mendapatkan pesanan dan mennyantapi hidangan, disini kebiasaan buruk saya kembali hadir, sambil memperhatikan pamflet imsakiyah itu terbersit sebuah pertanyaan apakah di bulan puasa tahun ini saya dapat lulus dengan baik, apakah hari-hari saya akan menjadi lebih baik setelah melewati Ramadhan tahun ini, teringat akan kisah dan dialog dengan sosok di ujung tembok itu, akankah setelah Ramadhan ini Merah Putih menjadi lebih baik dari hari ini ??? lalu Nazar apakah yang akan saya niatkan menjelang Ramadhan tahun ini ??? wallahu'alam bisshawab. Sepertinya saya harus segera menyelesaikan hidangan siang ini, karena senja nanti saya harus menuju ke suatu tempat lain untuk menahan minat liar saya agar tidak perlu bernazar secara berlebihan... agar jauh dari belitan rantai setan.


 

 
MARHABAN YA RAMADHAN ... ...


"Allahuma salimni liromadhona wasalim ramadhona lii wasalimhu minii mutaqaabbalan"

mudah2an ramadhan kali ini lebih bermakna dan menjadi media untuk beramal dan berkreasi sebanyak2nya dalam beramal shaleh


رمضان ولعل هذه المرة أكثر وضوحا وسيلة للعمل وإبداعات بقدر ما في عمل صالح


Perhaps this time more meaningful Ramadan and a vehicle for work and creations as much in the work Salih


Vielleicht ist diese Zeit sinnvoller Ramadan und ein Fahrzeug für die Arbeit und Kreationen so viel in die Arbeit Salih


mudah2an sasih romadhon ieu langkung bermakna jeung jadi media kangge beramal jeung berkreasi saloba-lobana dina amal sholeh





Subang, 18 Juli 2011.

1 comments:

Unknown mengatakan...

wah artikelny panjang, nice deh gan :D hehe

Posting Komentar

Dethread

Updates Via E-Mail

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...